Kalau diitung-itung, lama sekali saya tidak menginjakkan kaki ke Kawasan wisata Kalikuning. Bisa jadi karena lokasi cukup dekat dengan rumah, jadi malah sering ke skip.
Selain itu, semenjak berkeluarga dan punya anak, lebih sering dolan ke tempat-tempat ramai yang ramah anak.
Ya, sebelum Jogja penuh bertebaran dengan tempat nongkrong seperti sekarang, kawasan Kaliurang dan Kalikuning cukup populer dan kerap dijadikan pilihan anak-anak muda untuk merefresh pikiran maupun mendekat ke alam.
Dulunya Kalikuning masih bener-bener natural. Di tahun 2000an awal, seingat saya belum dikelola secara serius. Wisata jeep belum ada, bahkan seingat saya tanpa ditarik biaya retribusi untuk bisa masuk ke dalamnya.
Sejak mengenal Kalikuning untuk pertama kali, udara yang sejuk dan segar menjadi daya pikat utama kawasan ini. Ditambah lagi ragam pepohonan yang ada serta keberadaan aliran sungai dengan airnya yang jernih. Aliran sungai dengan batu-batu yang licin, konon menjadi asal muasal kenapa tempat ini juga di kenal dengan nama Dam Plunyon. Plunyon berasal dari kata lunyu, atau licin dalam bahasa Jawa.
Pasca erupsi Merapi tahun 2010, kawasan wisata Kalikuning sempat ditutup cukup lama. Setelah itu diadakan penataan ulang, dan dibuka lagi untuk wisatawan.
Beberapa bulan belakangan, foto-foto dan video jembatan yang ada di Plunyon/Kalikuning cukup populer menghiasi time line media sosial. Tentu saja karena sempat digunakan sebagai salah satu lokasi pengambilan gambar Film KKN di Desa Penari.
Eksplore Kawasan Kalikuning
Sebagai destinasi wisata, tempat ini cukup recommended, terlebih untuk teman-teman yang lebih suka tempat-tempat yang menonjolkan kealamian alam. Berada di wilayah Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, lokasi kawasan wisata Kalikuning mudah dicari. Terlebih saat ini, dimana hampir semua bisa teratasi dengan aplikasi. Jadi, tinggal aktifin aplikasi peta di smartphone, ikuti dan sampai.
Belum ketemu juga? Tanya ke penduduk lokal yang kebetulan ditemui.
Untuk bisa masuk dan menikmati kesejukan kawasan Kalikuning, pengunjung diwajibkan membeli tiket sebesar 10.000/pengunjung belum termasuk biaya parkir.
“Bu...itu kok bapaknya buang-buang air?” Tanya Alya sesaat setelah melihat seorang petugas di sana menyemprotkan air melalui selang. Ngomongnya cukup keras, hingga pak petugasnya mendengar langsung.
“Ini buat nyediain burung-burung yang sering turun untuk minum Dek..” jawab bapak petugasnya.
Oh, ternyata untuk burung. Saya malah mikir awalnya si Bapak sedang menyirami tanah agar tidak berdebu atau nyiram tanaman, ternyata untuk burung.
Di lokasi wisata yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi ini memang kami bisa menikmati kicau burung yang masih bebas beterbangan, termasuk jenis elang Jawa.
Membandingkan kawasan Kalikuning jaman dulu, jauh sebelum erupsi Merapi dengan kondisinya sekarang jelas sudah banyak kemajuan. Lebih tertata dan dengan fasilitas yang cukup memadai seperti keberadaan toilet, Mushola, gasebo dan juga beberapa spot yang sifatnya rekreatif.
Jembatan Gantung
Menggantung di antara pepohonan pinus, jembatan gantung menjadi spot yang wajib untuk dicoba. Kontruksi jembatan yang sengaja didesain dengan dasaran papan kayu dan jaring pengaman di sisi kanan dan kiri, dengan ukuran yang tidak begitu lebar tapi lumayan panjang. Saat kita berjalan di atasnya, otomatis jembatan akan bergoyang dan sesi inilah yang cukup menantang nyali dan menguji adrenalin.
Jembatan ini biasa pula disebut jembatan goyang. Tentu saja karena saat berjalan di atas jembatan, tubuh akan bergoyang mengikuti lamgkah kaki.
Jembatan Kalikuning
Inilah jembatan ikonik yang sempat viral di media sosial beberapa waktu yang lalu. Meski kawasan ini pernah mengalami kerusakan karena erusi Merapi, rupanya jembatan tetap kokoh tanpa mengalami kerusakan. Dari kedua sisi jembatan, yang saya lihat adalah perbukitan hijau lereng Merapi dan juga sungai Kuning yang airnya jernih mengalir dari umbul wadon.
Aliran Sungai dari Umbul Wadon
Setelah menyusuri jembatan, kami mengikuti jalan ke arah hulu sungai. Selain bisa menikmati bentang alam di sekitar yang beneran menyejukkan mata, sepanjang jalan kami juga bisa melihat beningnya air di tempat ini. Beberapa pengunjung malah sengaja turun ke sungai dan mandi.
Sebagai sebuah lokasi wisata dan sama-sama berada kawasan Taman Nasional Gunung Merapi, Kalikuning memang tidak seramai Kaliurang. Tapi bisa jadi karena segmen wisatanya beda. Kalikuning ini lebih menonjolkan sisi natural sebuah tempat wisata yang menjadikan keasrian sebagai daya tarik utama. Jadi kapan kamu mau eksplor tempat ini juga?
Kali kuning ini ya kalo wisata Merapi, trus ntr di akhir rute Jeep nya pada basah2an kan ya mba?? Tapi aku kok ga ngeh Ama jembatannya Yaa 🤣🤣. Apa lokasinya beda dari rute Merapi? Cakeep gitu padahal ❤️👍
ReplyDeleteini yang jeep-jeep pada basah2an itu..naik lagi mba. Jadi klo mau ke Kalikuning, lewat/bisa liat jeep yang lagi pada "mandi" itu. Klo jeep biasanya (setau saya) rutenya bablas ke arah Kampungnya Mbah Maridjan, nggak mampir ke Plunyon ini. Plunyon seringnya dipke mampir yang pada sepedaan mba..
Delete