Ketika mendengar kata jalur Nanggulan, apa yang kemudian terbersit di kepala? Kalau saya pribadi, jalan di kawasan Nanggulan identik dengan hamparan sawah yang sangat luas dan sering jadi salah satu jalur gowes favorit di Jogja. Selain itu, kini kawasan ini juga kaya akan destinasi wisata kuliner, salah satunya Dadap Sumilir.
“Jam 4-an aja dari rumah..takutnya nanti Dadap Sumilir keburu penuh” Begitu pesan pak Suami hari itu, ketika kami merencanakan buka puasa di luar rumah. Biar ganti suasana.
Ramadhan ke dua di masa pandemi, dan secara frekuensi kami menjadi sangat jarang makan di luar. Bahkan dalam satu tahun terakhir, bisa dihitung dengan sebelah jari.
Daerah Nanggulan menjadi tujuan karena pada dasarnya di kawasan ini banyak sekali pilihan tempat makan. Dalam satu jalur, banyak berdiri resto-resto/tempat makan dengan konsep yang mirip satu sama lain. Sebut saja Kopi Ampirono, yang secara lokasi cuma sebrangan jalan, Kopi Ingkar Janji, Kampung Menoreh, dan beberapa nama lainnya. Jadi misalnya nanti warung utama yang kita tuju terlalu ramai/penuh, bisa langsung ganti tempat makan tanpa perlu jauh berpindah.
Area makan outdoornya Dadap Sumilir |
Menjelang pukul lima sore kami sampai lokasi. Untungnya, Dadap Sumilir tidak begitu ramai. Bisa jadi karena di kawasan ini memang banyak resto-resto serupa, dengan daya tarik yang hampir sama, atau memang pada dasarnya area makan di Dadap Sumilir ini cukup luas. Prosedur kesehatan diterapkan cukup baik. Tamu wajib cuci tangan dan menggunakan masker. Untuk mengambil menu-makan, disediakan juga sarung tangan plastik.
Prosedur Order Makanan di Dadap Sumilir
Menu makan besar. Mengambil sesuai keinginan, baru nanti dibawa ke kasir. Menu-menu yang dihidangkan adalah olahan khas pedesaan dengan menu unggulan Sego Wiwit dan olahan jamur. |
Karena baru pertama kesini, yang pertama saya tanyakan ke waitres tentu saja prosedur pemesanan makanan. Rupanya menu makan besar disajikan secara prasmanan. Nasi, sayur dan lauk dipersilakan untuk mengambil sendiri, baru nanti ke bagian kasir. Tidak untuk membayar, tapi untuk dicatat lauk apa yang kita gunakan. Untuk minuman dan makanan kecil, tamu memesan melalui daftar menu yang diberikan, dan nanti akan diantar menuju meja masing-masing.
Mengenai menu makanan, Dadap Sumilir menyajikan menu-menu lokal dengan menu unggulan nasi Wiwit dan olahan jamur.
Secara umum, tempat makan di bagi di dua area yaitu indoor dan outdoor. Area indoor berbentuk bangunan rumah Jawa, terdiri dua lantai. Sementara, area outdoor menggunakan plataran resto, dengan bangku-bangku kayu dan lampu-lampu hias yang ditata artistik.
Oseng lompong, telur dadar, lele goreng, mendoan dan minuman; menu yang kami pesan sore itu |
Tak Sekedar Tempat Makan
Siapapun yang datang ke tempat ini, saya yakin tak hanya datang untuk makanannya, tapi juga suasananya. Untungnya, di samping menu-menu yang mampu menggoyang lidah, Dadap Sumilir punya atmosphere yang asyik banget dan beneran bikin betah.
Kalau di suruh memilih antara tempat makan indoor atau outdoor? Jelaslah milih outdoor. Kecuali siang terik atau hujan lho yaa..
Dari tempat duduk –atau kalau saya mau, saya bisa jalan-jalan ke sekitar, menikmati hamparan sawah yang luas dan hijau. Saat senja dan kemudian gelap, kita bisa mengarahkan pandangan ke sisi yang lain. Banyak lampu terlihat berkelap-kelip dari kejauhan.
Oh, iya..posisi Dadap Sumilir ini agak-agak di atas, jadi pandangan ke sekitar cukup leluasa.
Dadap Sumilir selepas Maghrib |
Atau kalau memang suka mengabadikan kenangan melalui foto, di Dadap Sumilir ini ada beberapa spot yang disediakan untuk berfoto. Untuk fasilitas ini, sayangnya saya skip –karena saya ga begitu suka di depan kamera. Ngajakin anak-anak juga pada nggak mau.
Ya udah, sore itu akhirnya mampir mushollanya aja. Tidak terlalu lebar, tapi cukup bersih, bisa untuk sholat maghrib dengan tenang tanpa terburu-buru.
Perut sudah kenyang, mata segar dengan view alam yang cakep, waktunya untuk pulang. Besok-besok, giliran temn-teman yang nyoba buktiin sendiri ke sini. Ok!?
Samaaa kita mba. Ada spot2 foto di suatu tempat wisata ATO apapun, aku ga bakal samperin :p. Memang ga suka foto2 dari dulu. Dan anakku jg ga mau, kecuali aku paksa sebagai model hahahaha. Paling suami yg doyan banget pose :p.
ReplyDeleteLumayanlaah, aku ada model utk foto konten :D.
JD ini kayak makanan Sunda sih yaaa. Tapi aku suka yg begini. Mungkin kalo ke Jogja aku LBH milih yg Nanggulan Krn ada meja kursi.