Banyak hal yang bisa kita dapatkan saat mempelajari sejarah. Satu yang pasti, kita jadi lebih tahu apa yang terjadi di masa lalu. Selain itu, wawasan akan menjadi lebih luas, dan bukan tidak mungkin, dari sanalah sebuah inspirasi bermula.
Itulah, kenapa belajar sejarah itu perlu.
Kita bisa menelusuri masa lalu dengan mempelajari literatur yang ada, benda-benda peninggalan seperti prasasti, benda-benda koleksi museum, dan bangunan bersejarah seperti candi, bangunan keraton, termasuk juga masjid.
Di Yogyakarta sendiri, banyak sekali masjid tua yang menyimpan cerita sejarahnya sendiri dan masuk sebagai cagar budaya. Masuk ke dalamnya, kita tak hanya sekedar beribadah, tetapi sekaligus bisa mengajak pikiran menembus masa silam.
Beberapa Masjid di Jogja Yang Memiliki Nilai Sejarah Tinggi
Banyaknya masjid yang memiliki cerita sejarah di kota ini, tak bisa lepas dari keberadaan kesultanan Mataram Islam yang kemudian dilanjutkan oleh Kesultanan Yogyakarta. Saat itu, masjid tak hanya berperan sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai simbol kekuasaan. Berikut, beberapa masjid yang sampai saat ini masih terjaga keberadaannya:
Masjid Gede Mataram
Masjid Agung Kotagede, masjid yang dibangun oleh pendiri Kesultanan Mataram, Panembahan Senopati Sutowijoyo. Image: visitingjogja.com |
Masjid Gede Mataram atau biasa dikenal dengan Masjid Agung Kotagede adalah sebuah tempat dimana penyebaran Islam berawal di tengah pusat kerajaan Mataram Hindu. Berlokasi di sebelah selatan pasar Kotagede, masjid ini merupakan masjid tertua di Yogyakarta.
Dibangun di masa kerajaan Mataram pada tahun 1640, masjid ini memiliki bentuk Gapura yang menyerupai bangunan Hindu atau Budha. Bisa jadi, karena waktu pembangunannya yang melibatkan warga sekitar yang waktu itu merupakan pemeluk agama Hindu dan Budha. Bisa dibilang, masjid ini juga merupakan bentuk akulturasi dan simbol toleransi antar umat beragama di masa lalu
Dari prasasti yang berada di bagian depan kompleks masjid, disebutkan bahwa pembangunan masjid dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama di masa pemerintahan Sultan Agung dengan membangun masjid bangian inti berukuran kecil/langgar, sementara pembangunan berikutnya dilakukan oleh Paku Buwono X. Secara keseluruhan, bangunan Masjid Gede Mataram berbentuk limasan yang terbagi dalallm dua bagian, yakni bangunan inti dan serambi.
Sampai saat ini, masjid masih digunakan warga Kotagede dan sekitarnya untuk melaksanakan ibadah sholat dan juga kegiatan agama yang lain.
Masjid Sulthoni Wotgaleh
Masjid Sulthoni Wotgaleh berada di Kampung Maredan, Sendangtirto, Berbah, Sleman atau tepatnya di sisi selatan landasan pacu Bandara Adisucipto Yogyakarta. Sepintas, bentuk arsitektur Masjid ini akan mengingatkan kita dengan bentuk bangunan Masjid Agung Demak karena konon kedua masjid ini dibangun di era yang sama, yaitu masa pemerintahan Panembahan Senopati Mataram.
Masjid Sulthoni Wotgaleh termasuk juga sebagai salah satu masjid Pathok Negara yaitu masjid yang dijadikan sebagai penanda batas wilayah Kesultanan Yogyakarta. Image: situsbudaya.id |
Berbentuk limasan dengan desain arsitektur Jawa yang kental masjid ini dimiliki Keraton Yogyakarta dan masuk sebagai Cagar Budaya Kabupaten Sleman. Kompleks Masjid Sulthoni Wotgaleh menjadi istimewa karena di sisi selatan masjid kita bisa menjumpai makam Pangeran Purbaya dan keluarga, beserta para kerabatnya. Pangeran Purbaya sendiri merupakan putra dari Panembahan Senopati, raja pertama kerajaan Mataram tapi dari garwo selir.
Dibangun pada tahun 1460 Masehi, awalnya masjid ini merupakan kompleks pesantren dan pengembangan agama Islam yang sangat besar. Namun, kemudian perannya semakin memudar terlebih karena pembangunan kawasan Bandara, dan banyak penduduk sekitar masjid yang dipindahkan.
Sama seperti Masjid Gede Mataram, sampai sekarangpun Masjid Sulthoni Wotgaleh juga masih digunakan warga untuk beribadah dan melaksanakan kegiatan keagamaan.
Masjid Gedhe Kauman
Masjid Gedhe Kauman, di sebut juga masjid gede keraton, atau masjid gedhe yogyakarta. Image: mesjidgedhe.or.id |
Terletak di sebelah barat Alun-Alun Utara, Masjid Gede Kauman merupakan masjid Raya Kasultanan Yogyakarta. Masjid ini dibangun pada tahun 1773 M oleh Sultan HB I dan Penghulu kraton pada waktu itu, Kyai Faqih Ibrahim Diponingrat.
Gaya arsitektur dan detail bangunan masjid sangat mencirikan budaya Jawa Islam yang sangat kental. Hampir semua bagian masjid dan juga simbol-simbol yang dimilikinya memiliki makna khusus. Gerbang berbentuk semar; tokoh punokawan yang terkenal bijak, mustaka masjid yang berbentuk daun keluwih yang bermakna keistimewaan, ruangan tanpa cat sebagai simbolisasi suci hanyalah sedikit dari sekian banyak perlambang yang dimiliki Masjid Gede Kauman.
Masuk dan beribadah ke dalam Masjid Gedhe Kauman, maka pikiran kita pun akan dibawa melesat ke belakang, menyusur lorong waktu menjelajah kebudayaan Jawa yang begitu agung.
Masjid Sulthoni wotgaleh belum pernah mampir, meski sering banget lewat. Mau mampir belum jadi terus.
ReplyDeleteMasjid gede kauman, buat saya tempat ternyaman buat nyari takjil, hehe. Sayangnya puasa kemarin ga bisa ke sana, disuruh di rumah saja.