Berbicara mengenai cagar budaya yang berada di Jogja atau Jawa Tengah, apalagi yang berupa candi, maka kita nggak bisa lepas dari yang namanya Kerajaan Medang, atau Mataram Kuno. Selain meninggalkan banyak prasasti yang tersebar di pulau Jawa, kerajaan besar yang pernah berjaya di eranya ini juga sukses membangun banyak candi. Salah satunya, Candi Ngawen.
Secara bentuk, sekilas ada kemiripan candi Ngawen dengan candi-candi bercorak Hindu. Tapi keberadaan patung Budha (yang sudah tanpa kepala), menandakan candi ini merupakan candi bercorak Budha. Sejarah mencatat, ada kemungkinan Candi Ngawen dibangun di masa peralihan, di masa Dinasti Sailendra.
Di dalam candi utama, terdapat sebuah patung Budha, dengan posisi duduk |
Relief yang bisa ditemua di kawasan Candi Ngawen |
Oke lanjut tentang Candi Ngawen. Lokasi candi ini, berjarak sekitar 5 kilometeran dari Candi Mendut, tepatnya di Desa Ngawen, Muntilan, Magelang.
Ada beberapa rute yang bisa dilewati, tapi yang paling mudah adalah melalui Jalan Pemuda Muntilan, lantas ke selatan sekitar 1 kilometer. Cara terpraktis adalah, manfaatkan aplikasi maps dari smartphone.
Buka mulai pukul 07.00 pagi dan tutup pada pukul 17.00 sore, Candi Ngawen tidak menerapkan sistem ticketing. Ada satu petugas yang berjaga, dan pengunjung hanya menuliskan nama+keperluan di buku tamu. Gratis, tapi wajib mentaati peraturan yang berlaku; seperti mesti menjaga kesopanan, tidak boleh merusak, dan juga tidak boleh memanjat dinding candi.
Mempertimbangkan kenyamanan, waktu yang paling reccomended untuk datang ke candi ini adalah pagi hari atau menjelang sore sekalian. Meskipun tanaman perindangnya lumayan banyak, tapi kalau siang, saya yakin panas. Kecualinya datangnya pas hujan.
Mempertimbangkan kenyamanan, waktu yang paling reccomended untuk datang ke candi ini adalah pagi hari atau menjelang sore sekalian. Meskipun tanaman perindangnya lumayan banyak, tapi kalau siang, saya yakin panas.
Berada di atas lahan seluas 3556 meter, bisa dibilang area candi Ngawen tidak begitu luas. Hanya ada satu pintu masuk, yang juga difungsikan sebagai pintu keluar.
Di dalam kompleks candi, terdapat 5 buah candi, dengan penataan berderet sejajar utara ke selatan, dan menghadap ke timur. Dua candi diantaranya adalah candi induk, dengan tiga candi pengapit. Ciri khas yang paling khas dari candi utama, adalah keberadaan patung singa jantan yang berjaga di keempat sudutnya. Sayangnya, diantara ke lima candi hanya ada satu candi yang formasinya terlihat paling lengkap, yakni candi kedua. Sementara, empat candi yang lain hanya tersisa bagian dasar/fondasinya saja. Diperkirakan, dulunya candi ini difungsikan sebagai tempat beribadah agama Budha
Di dalam kompleks candi, terdapat 5 buah candi, dengan penataan berderet sejajar utara ke selatan, dan menghadap ke timur. Dua candi diantaranya adalah candi induk, dengan tiga candi pengapit. Ciri khas yang paling khas dari candi utama, adalah keberadaan patung singa jantan yang berjaga di keempat sudutnya. Sayangnya, diantara ke lima candi hanya ada satu candi yang formasinya terlihat paling lengkap, yakni candi kedua. Sementara, empat candi yang lain hanya tersisa bagian dasar/fondasinya saja. Diperkirakan, dulunya candi ini difungsikan sebagai tempat beribadah agama Budha
Patung singa jantan yang berjaga di setiap sudut candi utama. Konon singa ini melambangkan perlindungan terhadap roh-roh/kekuatan jahat |
Dari lima candi, hanya satu candi (candi ke dua) yang bentuk bangunannya terlihat paling lengkap, sementara 4 candi lainnya belum berhasil direkonstruksi |
Candi Ngawen ditemukan pertama kali di tahun 1874 oleh seorang pejabat Belanda, NW Hoepermans dalam kondisi tertutup lapisan pasir setebal 2 meter. Sama seperti Borobudur, ada kemungkinan candi Ngawen juga merupakan korban letusan Gunung Merapi di tahun 1006 M.
Kerusakan yang parah, dan juga minimnya “petunjuk” mengenai Candi Ngawen ini, akhirnya menjadikan proses pemugaran candi berjalan lamban.
Pemugaran pertama dilakukan di tahun 1925-1927, kemudian dilakukan pemugaran lagi di tahun 2011-2012, dengan hasil hanya satu candi saja yang lumayan sempurna bentuknya. Sampai saat ini, masih banyak temuan-temuan/batu-batu yang terkait dengan candi yang belum dipugar. Puing-puing dan relief yang belum menemukan bentuk pas nya ini, di tata di pelataran candi di sisi timur.
Batu-batu yang belum berhasil ter rekontruksi ulang. |
Pemugaran pertama dilakukan di tahun 1925-1927, kemudian dilakukan pemugaran lagi di tahun 2011-2012, dengan hasil hanya satu candi saja yang lumayan sempurna bentuknya. Sampai saat ini, masih banyak temuan-temuan/batu-batu yang terkait dengan candi yang belum dipugar. Puing-puing dan relief yang belum menemukan bentuk pas nya ini, di tata di pelataran candi di sisi timur.
Konon, banyak pesan moral yang tergambarkan melalui relief yang terukir di tubuh candi. Selain itu, candi Budha yang berwujudkan layaknya candi Hindu, bisa dibaca pula sebagai wujud toleransi umat beragama yang sebenarnya telah berkembang sejak jaman dahulu kala.
Bisa dikatakan ini one stop wisata candi, begitukah Mbak? Karena hanya dalam rentang -/+ 1 kilometer kita bisa mengunjungi beberapa candi, termasuk Candi Mendut. Mungkin bisa lanjut ke Prambanan atau Borobudur ya, kan mereka berada di antara Klaten dan Magelang?
ReplyDeleteCocok buat wisata sejarah bagi anak-anak atau umum nih, bisa nambah wawasan kekayaan lokal juga :).
generasi millennials wajib banget niiih, untuk belajar banyak seputar Candi Ngawen ini.
ReplyDeleteKarena dari sejarah ini, kearifan kita bisa bertambah yaaa
kagum banget dengan kekayaan khasanah kebudayaan Indonesia ya, rasanya cintaaa sekali sama indonesia kalo lagi gini!
ReplyDeleteMemang ini PR buat semua pihak terkait sih, kalo mau jadi obyek wisata sih sebaiknya
mengikuti prosedur yang berlaku di Dinas Pariwisata
Aku yakin, ke depannya bangsa indonesia akan semakin cinta sejarah
Kl bisa island hopping, ini sih bisa juga jelajah candi ya.. Lokasinya deketan gitu, meski q nggak begitu paham sejarah, tp kl liat bangunan candi seneng bgt. Suka takjub aja rasanya
ReplyDeletewahh aku belum pernah mampir nih ke Candi Ngawen.. sukak liat bagaimana candi2 di sekitar Jateng-Jogja terlihat terawat dan rapi sprti ini..
ReplyDeletedianesuryaman dot com
Kalau melihat candi2 ini sebenernya bersyukur banget ya. Karena ada bukti sejarah yg masih tersimpan. Kita di Indonesia banyak sekali kekayaan prasasti yg bs jadi objek wisata atau belajar bagi generasi muda ya. Perlu dirawat nih.
ReplyDeleteJadi karena belum dipugar, maka pesan-pesan yang ada di reliefnya belum bisa diketahui gitu ya mbak? Ini memang kerusakannya dari sejak ditemukan atau karena faktor alam ?
ReplyDeleteRusaknya sejak ditemukan sepertinya mba..dulu kan posisinya terkubur. Kemudian disusun kembali... Ada yang berhasil, banyak yang belum...
DeleteAku kalau ke magelang wajib mampir kesini nih.banyak peninggalan sejarah terutama candi yang belum aku tahu
ReplyDeletePemerintah seharusnya lebih memperhatikan lagi perihal pemugaran candi candi seperti ini ya mak, karena merukan cagar budaya yang harus dilestarikan untuk anak cucu kita kelak.. Akupun baru tau tentang candi ngawen ini loh, walaupun ada bagiaj bagian yang rusak, tapi masih tetap indah ya maaaak
ReplyDeleteSalah satu warisan Indonesia yang perlu kita jaga. Semoga tetap lestari. Apalagi ada sejarah di dalamnya.
ReplyDeleteAku suka wisata cagar budaya begini, benar-benar membuat serasa kembali ke masa lampau dan betapa penuh misteri. Kekayaan negara yang harus dijaga
ReplyDelete
ReplyDeleteWalafun saya belum tau bentuk candi seperti apa aslinya ,dengan mbaca artikel ini saya cukup puas tentang penjelasan candi Ngawen ini .
Menarik juga ke tempat bersejarah begini.
ReplyDeleteseandainya yaaaa, aku bisa balik ke masa lalu, pengeeen banget melihat bentuk asal candi ini, dan gimana cara org dulu itu bisa membuat candi seperti ini, tanpa teknologi, dari batu2 begini pula :O. takjuuub. dan salut juga ama semua arkeolog dan para ahli yg bisa merekonstruksi lagi candi2 yang ditemukan, walo memang ga semua juga bisa dipugar ulang.
ReplyDelete