P
Karena saya, suami dan anak-anak paling ngerasa enak dengan format lesehan...kami milih melipir ke belakang, ke salah satu gazebo di atas kolam. Enak banget suasananya! Berasa santai, trus saya bisa puas melihat hamparan sawah. Raka yang awalnya uring-uringan karena nggak nemu jaringan wifi/internet akhirnya diam terhibur sama ikan-ikan nila di kolam sebelah. Sementara Alya, bisa lari-lari kegirangan di taman tengah.
Baca juga : Berburu Kopi Unik, di Kopi Bumbung Sleman
ernah nggak bayangin nikmatnya makan dan minum menu ala-ala kampung yang sederhana di sebuah gasebo di areal persawahan?
Tentunya sambil menikmati semilir angin, melihat burung-burung yang sebentar hinggap dan kemudian terbang lagi, atau puluhan ikan yang berenang kian kemari, dan juga gemericik air sebagai suara latar alami. Buat saya, itu suasana yang bikin betah. Tenang, nggak berisik. Suasana seperti itu saya dapatkan pas njajan di Joglo Buk Renteng Sleman, tempo hari.
Tentunya sambil menikmati semilir angin, melihat burung-burung yang sebentar hinggap dan kemudian terbang lagi, atau puluhan ikan yang berenang kian kemari, dan juga gemericik air sebagai suara latar alami. Buat saya, itu suasana yang bikin betah. Tenang, nggak berisik. Suasana seperti itu saya dapatkan pas njajan di Joglo Buk Renteng Sleman, tempo hari.
Tampilan depannya Joglo Buk Renteng. Belakangnya luas..jadi muat banyak, bisa pilih-pilih tempat |
Dari jalan raya, bangunan Joglo Buk Renteng terlihat mencolok, karena hanya ada satu bangunan di tengah hamparan areal persawahan. Posisinya juga persis di seberang Buk Renteng; salah satu rangkaian irigasi dari selokan Van Der Wick yang berwujud jembatan air yang dibangun tahun 1903 dan digunakan untuk menyeberangkan air dari Sungai Progo ke wilayah-wilayah Balangan, Klangon, dan beberapa daerah lainnya.
Ini yang dinamakan Buk Renteng, jembatan air yang dibuat di era penjajahan Belanda dan masih berfungsi dengan baik sampai saat ini. (Image, slemankab.go.id) |
Sesuai dengan namanya 'Joglo Buk Renteng' bangunan utama dari resto ini berbentuk joglo dengan beberapa gazebo dan bagunan semi terbuka di belakang. Dominasi bahan yang berasal dari kayu dan atap dari genting tanah liat, menjadikan suasananya berasa lebih adem. Untuk style menikmati makanan dan minuman, pengunjung bisa memilih mau format makan dengan meja-kursi atau lesehan. Tentunya, tergantung mana yang masih ada.
Baca juga : Kulineran di Omah Tobong; Menu Mie dan Bebakarannya Mantap!
Baca juga : Kulineran di Omah Tobong; Menu Mie dan Bebakarannya Mantap!
Nyaris tanpa penghalang dengan sawah, itu yang mbikin enak di mata |
Karena saya, suami dan anak-anak paling ngerasa enak dengan format lesehan...kami milih melipir ke belakang, ke salah satu gazebo di atas kolam. Enak banget suasananya! Berasa santai, trus saya bisa puas melihat hamparan sawah. Raka yang awalnya uring-uringan karena nggak nemu jaringan wifi/internet akhirnya diam terhibur sama ikan-ikan nila di kolam sebelah. Sementara Alya, bisa lari-lari kegirangan di taman tengah.
Baca juga : Berburu Kopi Unik, di Kopi Bumbung Sleman
Senja di Joglo Buk Renteng. |
Kalau Suasananya Asik, Soal Menu Makanan dan Minuman di Buk Renteng Gimana?
Nah, ini penting! Karena selain nyari suasana biasanya orang njajan juga butuh pertimbangan soal menu yang tersedia.
Resto ini tergolong baru, jadi untuk soal varian menu memang belum banyak. Di deretan makanan ada soto lentok, lotek, gado-gado dan juga olahan ayam (ayam geprek dan ayam goreng). Sementara di jajaran ragam minuman, hanya ada jeruk, teh, lemon tea, dawet, dan juga jus buah. Itu juga kalau sudah stock habis, sudah…tidak ada stok tambahan atau gimana. Saya datang sekitar pukul 5 sore, dan yang ada cuma soto sama ayam saja. Padahal aslinya, pengen njajan lotek sama dawet kalau masih ada. Ternyata dua menu tadi sudah sold out di siang hari.
Ya sudah..
Bisa jadi karena baru, Joglo Buk Renteng masih berada di tahap penjajakan pasar demi mencari menu-menu yang sekiranya banyak diminati hingga tidak menerapkan system stok sebanyak-banyaknya.
Tapi kalau mau jujur, sebagai konsumen, saya lebih senang njajan di tempat yang menu makannya beragam, jadi makin banyak pilihan. Bukan lebih ke saya sebenarnya, saya kan apa saja doyan tapi ke anak-anak yang kadang jadi picky eater dan kadang protes “tempat segede ini…itu saja yang ada?”
Demikian juga dengan minuman, semakin panjang deretan pilihan… saya dan anak-anak semakin semangat milihnya. Yaa, ini sebagai saran atau masukan ke pihak resto saja sih.
Soto lentok. Yang bulat itulah yang dinamakan lentok, mirip perkedel tapi dari singkong. Soto terdiri dari tauge, bihun, kol, ayam, kuah @10.000/porsi |
Ayam goreng, paketan dengan 1 gelas teh 1 porsi 20.000 rupiah terdiri nasi, ayam, lalap, sambal dan minuman |
Harganya? Nggak sampai 70 ribu, dan bisa makan sekeluarga dengan tempat yang se-nyantai itu, menurut saya masih murah. Masih standard njajan di Jogja yang saya suka. Maka, ketika ada teman-teman yang butuh referensi tempat makan dengan nuansa pedesaan dan alam yang kental, plus jamuan menu-menu sederhana ala wong ndeso di wilayah Sleman..tempat ini recommended. Bisa sekalian wisata sejarah pula, menelusuri jembatan air peninggalan Belanda.
Btw, tertarik juga buat nyoba?
Pas banget menu sama bangunan restonya, mbak. Desain bangunannya tradisional, menu makanannya juga ada yang berbau menu-menu lokal, macam lotek dan dawet. Ditambah lagi deket sawah, bisa mbayangin betapa silir dan isisnya pas makan disana. :)
ReplyDeleteHe eh..sambil liat pak tani nyemprot tanaman...merhatiin orang-orangan sawah...��
ReplyDeletekalo aku makan di tempat yg adem dengan view bagus gini sih, jujur aja menu sedikit asal enak ga masalah :D. apalagi kalo khas jawa banget.. duuuh lgs laper bayangin makan ayam goreng sambelnya itu mba, ato gado2 sambil liat view :D.. keren sih ini.. bisa aku masukin ke list kalo nanti ke sleman
ReplyDelete