Nggak ada yang sia-sia saat kita memutuskan untuk singgah pada suatu tempat, karena pasti akan ada yang bisa kita dapat. Saya percaya itu. Termasuk ketika tempo hari memutuskan mampir di De Tjolomadoe, seusai acara keluarga di daerah Boyolali.
De Tjolomadoe sendiri merupakan salah satu wisata heritage kota Solo, yang berada di Jl. Adisucipto No 1, Colomadu Karanganyar. Itung-itung kami –termasuk dua bocah --belajar sejarah, karena jarang sekali saya mbawa anak-anak dolan ke museum, justru lebih sering ke pantai, gunung, theme park atau sesekali perpustakaan.
Baca juga : Ke Grhatama Pustaka, bermain iya, belajar juga
Baca juga : Ke Grhatama Pustaka, bermain iya, belajar juga
De Tjolomadoe, Pabrik Gula yang kemudian disulap menjadi tempat wisata
"Rawatlah pabrik ini. Meskipun tidak menjadikan kaya, tapi ia menghidupi/menafkahi banyak orang |
Secara historis, pabrik gula Colomadu berdiri di masa kepemipinan KGPAA Mangkunegara IV. Mulai beroperasi di tahun 1962, pabrik ini dikenal sebagai pabrik gula paling modern di eranya. Sejarah mencatat, PG Colomadu pernah menghasilkan 3700 kuintal gula dalam sekali musim giling. Bahkan ada masa dimana pendapatan dari penjualan gula mampu menutup seluruh pengeluaran kerajaan.
Di masa lalu, pabrik gula Colomadu pernah menjadi jiwa bagi masyarakat Surakarta. Ia hidup dan menghidupi banyak rakyat. Krisis moneter, bahan baku tanaman tebu yang semakin sulit, akhirnya memaksa pabrik ini berhenti beroperasi di tahun 1997. Sejak itulah, bangunan pabrik ini seakan mati, pamornya pun semakin suram, nyaris padam termakan jaman.
Kondisi pabrik sebelum revitalisasi |
Di belakang saya adalah pabrik gula Colomadu yang sudah direvitalisasi |
Hingga kemudian di tahun 2017, PG Colomadu direvitalisasi oleh gabungan beberapa BUMN menjadi bangunan publik seperti sekarang ini. Penampilan bangunan dipoles hingga terlihat lebih bersih, sementara mesin-mesin pabrik pun dicat ulang, hingga warnanya tak lagi kusam.
Namanya ‘mantan’ tempat pembuatan gula pasir, maka tampilan museum De Colomadu pun tetap dipertahankan dengan bentuk asli sebuah bangunan pabrik meliputi bangunan luas dengan cerobong asap yang terbagi dalam beberapa bagian. Halaman yang lapang, tak lupa dilengkapi beberapa kursi taman.
Nyaman pasti menghabiskan sore atau menikmati senja di tempat ini. Sayangnya saya ke sini pas matahari lagi garang-garangnya.
Standard, yang saya cari berikutnya adalah tempat pembelian tiket. Untuk bisa masuk ke dalam museum, pengunjung wajib membeli tiket seharga 25.000/pengunjung. Anak-anak di bawah usia tiga tahun, tidak dikenai charge tiket masuk.
Secara garis besar, museum terbagi dalam beberapa dalam beberapa ruangan yang disebut stasiun. Ada Stasiun Gilingan, Stasiun Karbonatasi, Stasiun Ketelan dan Stasiun Penguapan. Penamaan ini berdasarkan jenis-jenis mesin yang dimiliki pabrik gula.
Bagian pertama yang saya masuki adalah stasiun gilingan; sebuah ruangan besar dengan atap tinggi sehingga terasa lega. Di depan saya ada mesin uap berukuran raksasa yang dikelilingi tembok kaca. Mesin inilah yang dulunya digunakan untuk menggerakkan gilingan. Tak jauh darinya, adapula foto-foto kuno yang menggambarkan kondisi pabrik gula ini saat awal mula berdiri, di masa kejayaan, dan juga keadaan pra revitalisasi.
Memasuki museum ini, saya berasa masuk ke lorong waktu. Teringat masa kecil, saat sawah-sawah di desa masih sering di sewa untuk ditanami tebu dan gembiranya anak-anak saat panen tebu tiba. Dan kini semuanya memang hanya tinggal kenangan. Sama halnya dengan kejayaan industri gula di tanah air yang entah kapan lagi akan terulang.
Wajah pabrik gula Colomadu sebelum revitalisasi |
Mesin tungku pemanasan yang dibiarkan dalam wajah aslinya |
Mesin uap kompressor. Saat masih aktif, mesin ini berfungsi untuk menghembuskan udara ke reaktor belerang. Hembusan udara menstransformasi belerang menjadi SO2 untuk pemurnian nira mentah. |
Di sisi barat mesin pengolahan, ada museum gula. Di sinilah bagian yang paling banyak memberikan informasi kepada pengunjung seperti sejarah perjalanan pabrik gula Colomadu, miniatur mesin pabrik, info beberapa jenis tebu beserta hama yang sering menyerang, dan juga gambaran kehidupan para pegawai pabrik gula ini.
Miniatur mesin pengolah tebu menjadi gula |
Add caption |
Barang-barang para pekerja pabrik gula yang menggambarkan keseharian mereka |
Di samping anak-anak merupakan mesin pompa air injeksi, yaitu mesin yang digunakan untuk memompa air ke kondensor |
Letih mengelilingi museum dan mencermati segala informasi yang tersaji, museum De Tjolomadoe juga dilengkapi beberapa fasilitas penunjang. Ada ruang toilet yang bersih banget, ada cafenya juga (tapi nggak njajan karena barusan makan bakso sebelum masuk museum), plus mushola.
Kalau saya bilang, De Tjolomadoe lumayan bagus untuk wisata edukasi. Cuma mungkin mesti ditambahkan petugas/guide dalam setiap ruangan sehingga pengunjung bisa lebih banyak mendapatkan informasi.
Pasca mengunjungi museum gula, apa yang kami dapatkan? Anak-anak pastinya mendapatkan pengalaman baru. Pertama kali bagi mereka melihat mesin-mesin pabrik secara langsung, meskipun sudah tak lagi beroperasi. Kalau sejarah pernah mencatat Indonesia pernah berjaya sebagai pengekspor gula tingkat dunia, suatu hari ke depan kita masih bisa berharap Indonesia bisa menorehkan cerita manis yang sama.
Note:
Hari dan Jam operasional museum: Selasa-Minggu, 10.00-21.00
Harga tiket : 25.000/orang
Hari dan Jam operasional museum: Selasa-Minggu, 10.00-21.00
Harga tiket : 25.000/orang
Salah satu bangunan yang mempunyai sejarah untuk masa kecil saya nih..berkali2 kesana sejak masih aktf jd Pabrik Gula
ReplyDeleteLihat postingan beberapa teman yang kemarin pada mudik dan menyempatkan main kesini tuh bikin aku membuat plan untuk kesini juga. Penasaran dan memang pengen tau sejarahnya sih.
ReplyDeletejadi ingat PG di kota tempat bapakku tinggal juga tutup lantaran bangkrut juga tapi ga disulap apa2 mba malah dibiarkan akhirnya kan serem wkwkwk...
ReplyDeleteduh aku kok pas ke Solo belum pernah jalan2 ke sini next ah agendakan
Wah tiketnya mayan juga yaaak
ReplyDeleteKirain free gitu :D
tapi aku juga mauuukk lah main2 ke sini.
bakal diagendakan!
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Setiap bangunan memiliki sejarah. Kayak Pabrik Gula ini.
ReplyDeleteWalaupun sudah gak beroperasi,tapi masih punya nilai dan fungsi.
Dijadikan museum untuk mengedukasi. Diutilisasi nih, bermanfaat sekali :)
Ide brilian ini patut ditiru di daerah lainnya. Seperti di Makassar, ada juga Pabrik Gula Takalar, Pabrik Kain Makatex, dan beberapa bangunan industri lainnya yang terbengkalai.
ReplyDeleteKalo saja digarap jadi museum yang bernilai wisata edukasi, jadi lebih manfaat pastinya.
Tulisan dari KGPA Mangkunegara IV itu juga bikin aku terkenang-kenang sampai sekarang. Padahal udah hampir setahun kesana, tapi selalu ingat tulisan itu
ReplyDeleteAku pernah lihat teman posting di IG foto-fotonya di pabrik gula ini, keren banget fotonya . Senang pastinya bjsa foto-foto dan berkunjung ke tempat bersejarah seperti ini.
ReplyDeleteBagus banget Mak museumnya jadi pingin ke sana. Kalau pabrik gula yang masih aktif di sekitar solo masih ada nggak ya Mak?
ReplyDeleteaku banyak baca review dan lihat foto teman - teman di tempat ini. Cantik bangeet ya mba dan unik karena nilai dan cerita sejarahnya
ReplyDeletesuasan pabriknya terasa kental ya karena memang museum ini benar2 tempat dulu aktivitas pabrik gula di lakukan
ReplyDeletebeda klo museum sekedar mengumpulkan koleksi yaa
Aku baru ttahu ada museum gula ini mba. Jadi pengen berkunjung kesana juga
ReplyDeletePabrik gulanya besar sekali ya mbak.. alhamdulillah sekarang jd tempat rekreasi jadi masyarakat bisa jalan jalan sambil mengetahui sejarah pabrik ini yaaaa
ReplyDeleteWuih, seru banget nih jalan-jalan ke tempat kayak gini. Selin bikin refreshing juga nambah wawasan
ReplyDeleteternyata begitu toh bentuk tungku pemanas. gede yaaa... seneng deh bisa menjelajahi pabrik gula Colomadu yg udah jd tempat wisata ini
ReplyDeleteSedih banget liat foto yang belum direvitalisasi... Alhamdulillah ya bisa direvitalisasi dan dijadikan museum yang keren ini...
ReplyDeletewah selamat datang di Solo..de tjolomadoe jadi destinasi baru di solo. Seneneg juga sering ada konser di convention hallnya
ReplyDeleteBeberapa kali baca postingan teman ttg TjoloMadoe, apiik tempatnya yaa. Belum kesampaian menjejak ke sana nih.
ReplyDeleteBagus buat wisata sejarah bagi semua kalangan, nilai sejarahnya sangat tinggi. Harga tiketnya agak mahal menurut saya, tapi mungkin kalau rombongan bisa dinego kali yaa. Sayang belum pernah mampir :).
ReplyDelete