Deadline tulisan yang datang bertubi-tubi di akhir tahun, meski melelahkan, namun itu sesuatu yang harus saya syukuri. Sebagai bentuk hadiah untuk diri sendiri, beberapa minggu yang lalu kami sengaja melakukan perjalanan wisata Jogja-Batu, melalui jalur darat. Itung-itung memberi kesempatan pula ke anak-anak liburan setelah disibukkan ujian semesteran. Salah satu dari beberapa tempat yang kami singgahi adalah Coban Rondo.
**
Eh...iya e..di sini memang pada buka siang sepertinya Bu.... Jam segini juga toko masih pada tutup. Karena dingin mungkin." kata Yusga, pemuda asli Jawa Barat yang hari itu mengantarkan saya, suami, dan anak-anak. Sengaja, city car kami tinggal di rumah dan memilih rental mobil mpv+driver. Biar lebih lapang, semuanya bisa istirahat, dan semuanya bisa menghilangkan penat.
Sebelum berangkat saya memang sudah bilang kalau pagi itu tujuan pertama kami nyari wisata alam dulu, soalnya yang wisata buatan belum pada buka. Memang benar, entah kenapa menurut pengamatan saya, kota Batu ini "bangun" lebih siang. Dari kawasan Lancar Syariah Oro-oro Ombo, kendaraan kami melaju santai ke daerah Pujon. Coban Rondo menjadi tujuan. Masih sekitar pukul 08.00 pagi, dan lalu lintaspun belum begitu padat. Meski jalanan terkadang meliuk, tapi saya suka.
Posisi di ketinggian, menjadikan saya bisa melihat panorama alam yang begitu cantik. Matapun terbuai dengan hijaunya hutan pinus yang masih benar-benar alami. Tidak sampai 30 menit perjalanan, sampai juga kami di pos penarikan retribusi
Posisi di ketinggian, menjadikan saya bisa melihat panorama alam yang begitu cantik. Matapun terbuai dengan hijaunya hutan pinus yang masih benar-benar alami. Tidak sampai 30 menit perjalanan, sampai juga kami di pos penarikan retribusi
"3 dewasa, 2 anak-anak Pak!" Kata saya ke petugas jaga.
Yup, sekedar informasi, Coban Rondo berada di Desa Pandesari, Pujon, Batu.
"Mau terusan atau air terjun saja"
"Air terjun saja Pak," Jawab saya.
Selain air terjun, di areal ini memang terdapat beberapa obyek wisata lain seperti camp area, dan taman labirin.
"73 ribu, sudah termasuk parkir" Kata pak penjaga sambil memberikan 3 lembar tiket masuk, 1 tiket parkir mobil, dan tiket tanda asuransi. Rupanya biaya retribusi untuk bisa menikmati Pujon Rondo sebesar 20.000/orang, dengan biaya parkir 10.000. Anak-anak tidak dikenai charge.
Lepas dari pos retribusi, mata kembali dimanja dengan hamparan pinus di sisi dan kanan jalan. "Wah..ini kalau di Jogja, pasti udah di kasih banyak spot foto" Komentar saya spontan. Tapi memang benar, hutan pinus yang saya lihat di sini benar-benar dibiarkan alami.
Sekitar 3 kilometer kemudian, sampai juga kami di parkiran. Meskipun masih pagi, ternyata Coban Rondo sudah cukup ramai. Berada di ketinggian 1135 mdpl membuat udara di kawasan ini sejuk dan berhawa dingin. Untuk sampai ke air terjun, kami harus menyusuri jalan setapak, dan itu sangat dekat. Paling sekitar 10 menit berjalan, dan sudah bisa menyaksikan air terjun berketinggian 84 m di depan mata.
Team dolan |
Coban Rondo |
Berasal dari mata air yang berada di sisi lereng Gunung Kawi, konon, ada sebuah legenda tersimpan di balik keberadaan air terjun ini. Coban Rondo, artinya air terjun janda. Nama ini terkait dengan kisah cinta Dewi Anjarwati dan Raden Baron Kusuma yang berakhir sedih. Entah benar atau tidak, namanya juga legenda.
Sebuah sumber menyatakan bahwa Coban Rondo merupakan bagian dari kelompok air terjun bertingkat (dimulai dua air terjun kembar/Coban Manten, kemudian bergabung menjadi satu menjadi air terjun Dudo, kemudian mengalir menjadi air terjun atau Coban Rondo).
Demi keamanan, sebenarnya ada garis pembatas yang dipasang pihak pengelola agar pengunjung tidak terlalu mendekat ke area air terjun. Bagaimanapun juga, kemungkinan longsor itu tetap ada, apalagi di musim hujan. Tapi tetap saja banyak pengunjung yang membandel mendekat, menerobos garis batas.
Padahal sebenarnya, banyak hal menyenangkan dan jauh lebih aman bisa dilakukan di tempat ini. Menyatu dengan alam, merasakan udara segar, menikmati percikan air yang kadang terbawa angin, atau menjajal dinginnya air terjun yang mengalir jernih membentuk anak sungai. Bagi yang suka mengabadikan moment melalui sorotan lensa kamera, keindahan alam di tempat ini menawarkan kecantikan yang alami.
Raka-Alya-Yusga; ga bawa baju ganti...ga bisa basah-basahan |
Bersih dan dingin |
Bermain air di beningnya sungai ini sebenarnya aman, tapi sayang anak-anak tidak bawa baju ganti |
Ngobrol ajalah... 😊 |
Lalu soal sarana atau fasilitas sebagai tempat wisata? Lumayan. Toilet dan musholla tersedia.Meski tak banyak, tapi beberapa warung yang berjualan di seputaran tempat parkir juga menjual berbagai makanan dan juga souvenir yang bisa jadi dijadikan sebagai buah tangan.
Menikmati Coban Rondo sekitar 2 jam, sebenarnya belum cukup. Tapi lumayan lah, sebagai pembuka pagi, karena kami masih harus menjajal beberapa destinasi lagi.
Sekedar tips bagi yang ingin mengunjungi Coban Rondo:
- Gunakan alas kaki yang nyaman, karena meski jarak dari parkiran ke lokasi cukup dekat, tapi adakalanya mesti melewati jalan yang tidak terlalu mulus.
- Bagi pengunjung dengan anak-anak/balita, bawakan baju ganti. Sungai bening yang mengalir di bawah air terjun, aman dan nyaman sekali untuk anak-anak bermain air.
- Selipkan minyak kayu putih atau lotion pengurang gatal di tas. Bermain di alam, konsekuensinya adalah siap saat terkena gigitan nyamuk, semut, atau serangga lainnya
- Segera menjauh dari air terjun jika hujan. Demi keamanan bersama, hindari resiko tanah longsor.
air terjun di negara kita, kenapa selalu dikaitkan dengan cerita legenda ya?
ReplyDeleteKarena negara kita full cerita rakyat. Nggak cuma air terjun sebenarnya...Candi, danau, asal mula gunung aja ada legendanya.
DeleteWahhh lengkap banget perjalanan liburannya, usaha diawal akhirnya membuahkan hasil yang memuaskan yah. Walaupun jalah yang ditempuh lumayan jauh *eh tapi itu deket yaaa cuma jalannya aja agak kurang enak hhe, tapi asik pasti kan, apalagi rame rame. Makasih infonya, semoga juga bisa mlipir kesana hehe
ReplyDeletesaya tahun berapa yaa terakhir ke coban rondo?
ReplyDelete2013 kayaknya..
masih banyak monyet nya gak mba disana?
kayaknya ada yang baru juga ya di coban rondo? skrg ada labirin kalo gak salah.. itu deket dari situ apa gimana mba?
pas ke batu sayangnya aku ga sempet kesini krn cuaca lg hujan trus. namanya mirip ama air terjun di mojokerto, yg sempet aku datangin. Air terjun watu ondo :D. aku sempet suka ketuker tuker bedain 2 air terjun ini. tp yg watu ondo itu agak mistis ceritanya. tempatnya juga blm ramah pengunjung. tapi air terjunnya bagus dan tinggi.
ReplyDeletekalo sdg wisata ke tempat2 pegunungan gini, biasanya aku selalu cari air terjun mba. ga pernah bosen liatnya, apalagi kalo debit air nya deras
Tempatnya Sejuk banget kyknya mbak...
ReplyDeleteSaya suka air terjun tapi dari kejauhan saja Mbak, bisa kelihatan bagusnya. Kalau mendekat suka ngeri oleh suara derasnya air, hehe penakut ya. Kalau anak-anak pasti suka ya, meskipun harus hati-hati juga. Dan benar, harus bawa baju ganti, karena pasti basah deh :).
ReplyDelete