Beberapa minggu belakangan, saya kok ngerasa matahari agak "kejam". Terik banget! Ya, mungkin imbas pancaroba juga.
Tapi menurut saya, nggak bisa juga kita nyalahin alam, justru manusianya yang kudu menyesuaikan. Sebagai bentuk adaptasi atas kegerahan, beberapa hari lalu kami ke Magelang. Ngadem, kangen deket-dekatan sama alam. Cari tempat yang seger, tapi hening. Hutan pinus, kayaknya pas.
Fixed, hutan pinus Kragilan dan Grenden adalah 2 destinasi kami, belum pernah ke sana juga. Kemarin-kemarin, selalu di kawasan Dlingo kalau mau ngadem di hutan.
Dari Jogja, jalur untuk ke sana gampang. Intinya, kalo udah nemu pertigaan Blabak, tinggal ikuti jalur arah Ketep Pass..trus naik lagi ke arah Kopeng. Kemarin kami cuma liatin papan nama aja. Tapi kalo memang masih "buta" wilayah Magelang, ngikut aplikasi maps lebih baik.
Medannya, di awal lumayan landai dan lalu lintas juga ga begitu padat, bahkan kemarin sempat sekalian latihan lancarin stir mobil di sana, dan bisa. Berani maksudnya.
Tapi makin ke atas, medan makin banyak belokan, dan sering ketemu truk-truk bawa muatan. Kalo sudah begini, mending pasrahkan kemudi ke yang sudah ahli.
Dolannya ke Kragilan, bisa baca di : Hutan Pinus Kragilan Magelang, Bagus tapi Kok Komersil Banget Yaa...!
Satu Hari, dua Hutan Pinus Terlampaui
Jadi secara geografis, hutan pinus Kragilan dan hutan pinus Grenden berada dalam posisi yang lumayan dekat. Keduanya masih masuk dalam wilayah kecamatan Pakis, dan jarak keduanya nggak sampai 5 kilometer, jadi bisa banget dikunjungi dalam satu hari yang bersamaan.
Apa persamaan dan perbedaan Kragilan dan Grenden? Daya tarik utamanya, sebenarnya hampir sama. Hutan pinus. Panorama alam. Spot untuk berfoto. Kurang lebih seperti itu.
Lantas bedanya? Hutan pinus Kragilan atau Kragilan Top Selfie , identik dengan jalan aspal panjang yang membelah hutan, spot-spot foto yang beraneka ragam. Fasilitas umum seperti warung makan, toilet, lebih banyak. Lebih rapi tertata mungkin, karena dibuka sebagai obyek wisatanya lebih duluan.
Sementara hutan pinus Grenden yang baru dibuka untuk umum di bulan Juli 2106, di mata saya lebih terlihat alami. Memang, ini penilaian subyektif, tapi menurut saya view alamnya lebih bagus di hutan pinus Grenden. Bahkan sejak awal menapak jalur masuknya...saya sudah terpesona karena bisa dengan jelas melihat kokohnya punggung Merbabu di depan mata.
Untuk masuk areal hutan pinus, kami dikenai tiket @10.000/pengunjung dewasa, sementara anak-anak gratis. Berhubung masih relatif pagi...masih lumayan sepi. Beberapa motor di parkiran, sama dua mobil, dan beberapa pemuda yang bertugas berjaga.
"Jalurnya lewat situ mba..nanti klo mau foto-foto silakan...spot sampai rumah kurcaci yang di sana...semua spot gratis" Kata seorang penjaga menyambut kedatangan kami.
Saya, pak suami dan anak-anak lantas menyusuri jalan setapak. Hutan pinus Grenden ini luas sekali. Kontur tanahnya juga tidak rata. Sesekali kami mampir ke beberapa spot foto yang ada. Macam-macam bentuknya, ada yang mirip bulan sabit, berbentuk ayunan, rumah kurcaci...banyak pokoknya.
Mau sekedar mampir boleh..berfoto juga boleh, dan nggak dikenai charge, asal ambil fotonya pake kamera sendiri. Di sini saya malah sibuk ngambilin bunga pinus yang pada jatuh ke tanah. Asyik dilihat aja bentuknya.
"Foto dik...di ayunan itu, bagus lho .., atau di piano...sekeluarga...bagus juga..." Seorang perempuan, setengah baya menyapa Alya yang tengah berlarian. Belakangan, saya tahu namanya, Mbak Parti. Ada kamera DSLR tercangklong dipundaknya. Yup, mba Parti menjual jasa pengambilan foto dengan kamera DSLR.
Yang membedakan dengan situasi di Kragilan, di Grenden ini tidak banyak pemuda-pemudi yang menjual jasa sebagai fotografer.
"Di sini..paling ada 15 anak aja mba..itu juga kalau berangkat semua.... Kadang pengunjung rame, juga belum pasti yang make jasa foto banyak. Pengunjung sedikit...malah kadang pendapatan lumayan. Kalau pas masa bertanam..saya juga kembali ke sawah kok mba..." Tutur mbak Parti ke saya sambil menunjukkan hasil-hasil jepretan lensa kameranya di berbagai spot di hutan pinus Grenden ini.
"Kami diambil foto ya mba..." Kata saya kemudian. Tarif jasa fotografer di Grenden ini sama dengan yang di pinus Kragilan, @2500, hanya membayar hasil bidikan yang dipilih. Bedanya, kalau di Grenden tidak dikenai lagi biaya sewa tempat.
Lumayan lama juga saya ngobrol dengan Mba Parti ini. Tentang ketrampilan fotografinya, tentang hutan Grenden juga.
"Di sini itu yang njual jasa foto..nggak ada yang anak kuliahan mba. Paling lulusan SMP, atau SMK. Ini bisa karena memang ada pelatihan sendiri tentang fotografi. Dulu yang nglatih itu dari Jogja.." paparnya ketika saya nanya background para penjual jasa foto disini.
Dari mba Parti juga saya tahu, kalau dari tempat ini pun bisa di gunakan sebagai jalur pendakian ke Puncak Merbabu. "Kalau mau bisa mba...make jasa guide masyarakat sini aja .. lebih pendek jalurnya. Sekitar 3 jam sampai puncak klo warga sini" Terang mba Parti.
Lha..saya ditawari naik-naik ke puncak gunung. Kalaupun saya benernya juga kepengen, tapi kepentok juga sama realitas...anak-anak mau taruh mana...ha..ha
Menikmati siang di hutan Grenden ini yang jelas seru. Saya seneng karena bisa melihat hamparan hutan pinus yang luas, menghirup udara segar dengan leluasa, dan menikmati dinginnya alam pegunungan sepuasnya.
Anak-anakpun juga terlihat riang. Mereka bisa berlarian dan main petak umpet di rumah-rumah mungil, yang kerap disebut rumah kurcaci.
Lapar setelah berkeliling hutan?
Lapar setelah berkeliling hutan?
Tenang, ada warung pak Warno yang menyediakan aneka minuman seperti teh dan kopi, mie instant, dan juga mendoan yang selalu fresh from the wajan, alias masih panas ketika dihidangkan. Harganya? Sama seperti kalau kita njajan di warung indomie dekat rumah.
Di samping mengelola sebuah warung sederhana, pak Warno dan istrinya juga menyewakan beberapa spot untuk berfoto, dan juga menyewakan fasilitas MCK. Jadi, khusus spot yang terletak di belakang warung, memang dikenai charge, kalau nggak keliru dengan tarif 5ribu/3 lokasi foto/orang. Jauh lebih murah daripada yang dimiliki spot selfie Kragilan.
Ah, intinya hutan pinus Grenden ini recomended banget. Pengen suatu saat kalau balik lagi ke sini, bisa lebih pagi, saat hutan pinus ini masih berselimut kabut. Pasti lebih cantik!
asri…
ReplyDeletebagus foto fotonya.
# Thank you for sharing
Di Bandung aja aku udah kepanasan, apalagi di Jogja ya. Pasti gembrobyos, haha. Kalo lagi cuaca panas, rasanya nggak pengen pergi dari hutan pinusnya :)
ReplyDeleteHehe...samaa.....aku juga suka mungutin bunga pinus. Sampe rumah bingung juga mau untuk apa. :D
ReplyDeleteEh, ada objek rumah terbalik juga ya? Keren..
ReplyDeletePasti sangat menyenangkan berwisata disini.
Wah rumah terbaliknya bisa jadi spot foto tuh mbak :)
ReplyDeleteThanks for sharing, ternyata ini lokasinya nggak jauh dr rumahku hihi... jadi tahu ada destinasi ini
ReplyDeleteCocok buat piknik keluarga dan melarikan diri sementara dari kejamnya sinar matahari di luar sana ya, Mbak Sulis.
ReplyDeleteBanyak spot foto menarik yang disukai anak-anak sehingga membuat betah. Spot paling menarik kayaknya di gardu pandang yang tinggi itu ya Mbak :).
Kalaubpas mudik ke Magelang nanti boleh juga mampir ke hutan oinus ini. Ke Magelang baru 2 kali belum sempat kemana- mana.
ReplyDelete