Ngomongin wisata Magelang.. yang langsung kepikiran apa? Borobudur ya..? Nggak salah juga. Tapi sekarang...wisata Magelang makin kaya!
Sama seperti daerah-daerah lain, semakin hari sektor wisata semakin maju dan berkembang. Obyek-obyek baru banyak dibuka, tempat-tempat yang dulunya terlihat biasa aja, kemudian dipercantik, dan kemudian menjadi ramai dan viral melalui media sosial. Rata-rata prosesnya hampir semuanya seperti itu.
Termasuk Magelang, yang sekarang sudah punya hutan pinus nan ngehits..hutan pinus Kragilan dan wisata alam Grenden. Udah agak lama si sebenarnya mereka dibuka sebagai kawasan wisata. Cuma ya itu tadi, saya nya aja yang baru kemaren nyobain ke sana😊.
Hutan Pinus Top Selfie Kragilan, Magelang
Berada di wilayah Desa Pogalan, Pakis, Magelang, hutan ini mulai dijadikan sebagai kawasan wisata semenjak tahun 2015. Tiga tahun berjalan, pasti banyak perkembangan yang terjadi.
Pertengahan September 2018. Minggu pagi, sekitar pukul 08an kami nyampe di hutan pinus Kragilan. Di pintu masuk hutan, kami dikenai biaya masuk @12.500 (anak-anak gratis), plus bea parkir mobil @10.000.
Situasi hutan belum begitu ramai. Yang langsung menarik perhatian saya adalah spot-spot foto beraneka bentuk. Klo dilihat sekilas sih biasa saja dalam versinya mata saya, tapi klo udah difoto, kok bagus ya!
*Klo nggak kameranya yang pinter, yang ngambil gambar dah jago pastinya.
"Monggo, klo mau foto-foto.. perspot @5000" seorang ibu-ibu, menawarkan jasa tempat fotonya. Tempat-tempat foto yang diluar areal hutan rata-rata berbentuk kursi plus bunga, kursi rotan besar, atau ada juga yang berbentuk hamparan kapas.
Berhubung saya nggak niat foto, saya cuma jalan mengikuti sambil mengamati areal hutan pinus. Udaranya dingin dan seger! Enak banget saat dihirup hidung dan masuk paru-paru.
"Mba...mau foto-foto? Nanti perbuahnya 2500, nanti itungan mbayarnya hanya yang dipilih" Seorang gadis berkaos merah langsung menawarkan jasa foto, begitu saya melangkah memasuki kawasan hutan pinus. Sebenarnya banyak banget mbak-mbak atau mas-mas yang memakai t-shirt serupa dengan si mbak tadi, dan belakangan saya tahu, mereka adalah pemuda-pemuda setempat yang menjual jasa sebagai fotografer.
"Nggak dulu mba...ini juga baru datang kok" Jawab saya sambil menjauh, berjalan ke arah hutan pinus. Sepintas, hutan pinus Kragilan sebenarnya nggak begitu luas. Masih lebih luas hutan pinus Mangunan atau pinus Pengger yang ada di Dlingo, Jogja.
"Bu..nanti aku mau naik hammock. Mau leyeh-leyeh di situ.." pinta Raka. Ya, memang di kawasan hutan pinus ini minim tempat yang bisa mbikin anak-anak bisa bermain. Nemu ayunan sih, tapi cuma satu. Tiap sudut hutan rata-rata sudah penuh dengan kaplingan spot-spot untuk berfoto.
Di sebuah sudut hutan, saya nemu payung warna-warni yang digantung di atas. Baru saya nyiapin tongsis..eh, ada ibu-ibu yang langsung mbilangin
"Mbak...klo foto dibawah situ...mbayar lho..!"
Astaga! Ini hutan kenapa komersil banget ya jadinya. Tiap jengkalnya dipenuhi spot untuk berfoto...trus klo ngambil gambar di situ, mbayar. Padahal sebenarnya..jarang banget kalu saya ke suatu tempat, trus nunut selfie. Yang saya ambil gambar juga biasanya view alamnya doang. Klo saya nulis di blog, mbantu promosi mereka juga kan ya. Ini baru beberapa menit di hutan pinus, udah dapat gertakan ga nyenengin.
Bad mood langsung!
"Ka..jadi mau sewa hammock?" Tanya saya ke si sulung, Raka.
"Jadi"
Sewa hammock, @Rp. 5000 ---> dan ternyata hammock di sini cuma buat property foto aja, bukan buat nyantai2. Selesai foto, ya udah..selesai sewanya.
Saat anak-anak di atas hammock, mbak-mbak yang tadi nawarin jasa foto datang lagi. Ya udah, akhirnya saya minta tolong mbak --kalo nggak keliru namanya Wanti --untuk moto in anak-anak..Hasilnya bagus euy! Pake kamera DSLR dengan angle pengambilan gambarnya saya suka! Sambil proses transfer foto dari card ke hape saya, saya ajak mbaknya untuk ngobrol.
Menurut mbak Wanti, di area hutan wisata top selfie Kragilan ini ada 85an fotografer yang siap ngambilin gambar+ngarahin gaya untuk berfoto-foto di sini. Tarifnya sama, per sebuah foto yang kepake @2500 rupiah.
"Kameranya pada punya sendiri mba?" Saya nanya.
"Iya". Jawab mbaknya mantap. Katanya sih, awal-awalnya dulu, para fotografer-fotografer ini diikutkan pelatihan fotografi oleh sebuah LSM. Jadi meski awalnya minim ilmu, tapi akhirnya pada bisa ngoperasiin kamera, pintar ngarahin gaya, plus cari angle gambar terbaik. Hebat ya!
Klo kemudian saya pikir-pikir, lumayan juga ya efek ekonomi dibukanya hutan pinus ini sebagai tempat wisata. Banyak celah ekonomi yang kemudian bisa dimanfaatkan penduduk sekitar, misalnya mbuka warung, jasa parkir, jasa nyewain spot foto, jadi fotografer...
Ya...tapi itu tadi, asset berupa hutan pinus kok jadi dikomersilkan banget ya. Saya sih mikirnya, nggak semua yang datang ke hutan pinus tujuannya buat foto. Eh, tapi atau cuma saya aja yang punya pendapat kayak gini? Coba aja sendiri ya, kali aja pendapat saya keliru..
Nb : Untuk yang Hutan Wisata Grenden, Next postingan aja ya😊
Lokasi Hutan Pinus Kragilan
Nb : Untuk yang Hutan Wisata Grenden, Next postingan aja ya😊
Lokasi Hutan Pinus Kragilan
Post a Comment
Post a Comment