Begitulah. Awalnya, kami penasaran saja dengan tulisan besar TAMAN BATU, tak jauh dari pertigaan MULO, jalur yang sering kami lalui untuk mencapai kawasan pantai di Gunung Kidul. Posisi pasnya, didaerah Ngangrong, Gunung Kidul.
Ada tulisan Pesona Indonesia di depan. Berarti tempat wisata kan ya. Tapi bener-bener sepi. Nggak ada satu kendaraanpun terparkir di depan. Tapi kadung berhenti, dan daripada penasaran..kami masuk. Yup, saya..suami dan anak-anak.
Nggak ada petugas yang berjaga di depan. Jadi kami nylonong aja masuk. Tempatnya mirip lapangan besar, dengan batu berukuran besar banget yang seolah sebagai tanda sambutan ke yang datang.
Siang itu matahari terik. Panas menyengat klo yang nggak terbiasa terjun ke lapangan. Ada beberapa tanaman kersen/talok yang berfungsi sebagai peneduh, cuma sayang belum berfungsi maksimal. Ternyata, taman batu isinya kayak gini.
Salah satu koleksi batuan Taman Batu, Gunung Kidul Yogyakarta |
Mengammati, biar tahu perbedaan batuan satu dengan batuan lainnya |
Yang susah dimengerti awam klo nggak ada papan info batuan seperti ini |
Yaa..pas lah, namanya juga taman batu. Jadi isinya adalah berbagai macam jenis batuan. Benernya pas juga karena waktu ke sana, pas materi sekolahnya Raka di pelajaran IPA ada jenis-jenis batuan. Saya minta aja dia lihat, kali aja kan bisa jadi lebih ingat. Tapi sayangnya..nggak semua jenis batu diberikan informasi yang detail.
Belakangan saya baru tahu kalau Taman Batu ini termasuk obyek wisata yang belum begitu lama dibangun oleh pemkab Gunung Kidul, dengan dukungan dana sekian milyar dari Kementrian ESDM. Jadi tempat ini, rencana awalnya adalah sebagai bagian dari pengembangan geosite untuk menarik kunjungan wisata dan sarana pendidikan.
Selain berasal dari Gunung Kidul, batu yang berada di taman juga didatangkan dari wilayah Wonogiri dan Pacitan, sebagai gugusan Karst Gunung Sewu.
Selain diletakkan di luar/ di tengah taman Batu ini juga dilengkapi sebuah bangunan menyerupai museum. Isinya...macam-macam batuan juga. Ketika di sini, saya malah langsung kepikiran...format seperti ini, ya memang segmennya wisatawan minat khusus...pelajar, atau mahasiswa dengan konsentrasi studi yang berhubungan sama batuan, misalnya geografi, geodesi maupun geologi. Kalau segmen pasarnya umum, ya akan sulit pengembangannya. Kecuali, ditambah sarana prasarana, dan daya tarik lain. Sepakat!?
Eh kok aku ngga ngeh ya ada lokasi keberadaan Taman Batu ini ... padahal udah beberapakali lewat pertigaan Mulo 😁.
ReplyDeleteSayang ya belum termaksimalkan,hanya terkesan ditata sekedarnya saja.
Semoga kedepannya ditata lebih baik untuk wisata edukasi tentang jenis batuan.
Sepertinya batu2 tersebut adalah batu2 fosil mbak. :) untung musim batu akik sdh reda. :) klu masih,bisa dicongkel orang2. :)
ReplyDeleteJadi ingat sama pelajaran sekolah dulu mbak, ada baru sedimen, batu basal dan lain-lain. Ternyata banyak macam bebatuan yang perlu kita tahu ya, terutama anak-anak karena berhubungan dengan pelajaran di sekolah.
ReplyDeleteBetul, taman ini bisa dijadikan wisata edukasi, tidak hanya teori tetapi anak-anak bisa melihat langsung bentuk fisik batuan tersebut, sehingga lebih bisa difahami :).
buat edukasi anak bagus ini, belajar jenis batu
ReplyDelete