Awal April. Pagi menjelang siang, di Desa Tlahab, Jl Parakan-Wonosobo Km 9, Temanggung.
Hawa dingin langsung menyergap kulit begitu kami membuka pintu mobil dan keluar.
"Hiii..adem", begitu komentar Raka, si sulung.
"Nggak apa-apa, ademnya seger kok" jawab saya.
Sengaja saya nggak menyuruh anak-anak memakai baju hangat mereka, padahal juga dibawain sama pak suami. Biarkan saja tubuh mereka yang beradaptasi, lama-lama mereka pasti terbiasa.
Bersyukur, karena jalur Jogja-Magelang-Temanggung terlewati dengan lancar. Yang pasti ada perasaan lega juga, karena medan yang cukup menantang dari pos retribusi sampai lokasi sepanjang 3,5 kilometer berhasil ditaklukkan pak suami dengan baik. Bukan rahasia lagi, untuk bisa mencapai parkiran ini, selain kondisi mobil yang prima, dibutuhkan juga skill mengemudi di atas rata-rata.
Kalau yang masih ragu dengan stamina kendaraan atau kemampuan di belakang kemudi, jangan khawatir karena ada ojek yang siap membantu, dengan tarif 20.000 (retribusi-Posong) dan 15.000(Posong-retribusi). Sebagai seorang manager rumah tangga, sayapun bisa tersenyum sumringah. Biaya masuk obyek wisata Posong ternyata murah, hanya @10.000/orang.
Begitu sampai lokasi, kalau bisa ngomong mata saya akan bersorak gembira. Bagaimana tidak, setelah menyaksikan pohon kopi dan cemara di sepanjang jalur menuju parkiran, di atas ketinggian ini saya bisa melihat punggung gunung Sindoro dan Sumbing yang penuh dengan hamparan areal pertanian.
Medan jalan selama 3,5 km |
Lahan pertanian dengan beberapa tanaman sayur |
Lahan pertanian yang siap ditanami kembali |
Bunga-bunga liar, para petani yang sibuk mengolah lahan, ibu-ibu yang dengan cekatan memanen kubis, menjadi pemandangan yang sayang banget kalau dilewatkan. Kalau tidak di kawasan pegunungan berhawa sejuk seperti ini, jarang saya bisa menemui pemandangan dan aktivitas serupa.
Mumpung di sini, sekalian saya masuk ke area taman. Beli tiket lagi di depan gapura masuk, @10.000. Di sini, bisa dibilang surga bagi yang suka bergaya di depan kamera. Ah, untuk urusan ini..biar anak-anak saja.
Saya lebih suka kulineran. Duduk-duduk di gasebo sambil ngemil mendoan dan nasi goreng. Meski deretan warung makan berada di luar taman, tapi rupanya para penjual menggunakan strategi jemput bola. Mereka menyambangi pengunjung, menawarkan menu, dan tentu saja dilengkapi fasilitas free ongkos kirim. Menyenangkan bukan? Apalagi, dari segi harga dan rasa, njajan di tempat ini bebas rada khawatir. Enak dan murah.
Taman Wisata Posong yang teduh |
Gasebo dan beberapa spot foto menjadi daya tarik tempat ini |
Konon, menikmati Posong paling enak di pagi hari, saat matahari terbit. Itu juga yang membuat obyek wisata ini buka dari jam 3 dinihari.
Meski status saya "pengunjung kesiangan" tapi beneran nggak nyesel kok, karena meski saya datang di saat waktu terbaiknya sudah lewat, tapi toh Posong tetep masih bisa menunjukkan kemolekan alamnya.
Mau ke Posong juga? Beberapa hal yang nggak boleh lupa:
- Pastikan stamina kendaraan prima
- Pastikan cuaca cerah, karena tanpa kabut atau mendung, Posong akan sempurna
- Nikmati wisata alam, tanpa merusaknya
Wah..pemandangannya bagus banget..bener ya ungkapan surga itu letaknya tersembunyi,jadi sulit dicari. Tempat-tempat yang bagus pemandangannya rata2 susah dijangkau, jalur nanjak dan sempit, belum lagi sarana jalan yang kadang masih seadanya..kapan ya, bisa mbolang ke sini?
ReplyDeleteYa Allah, saking udah 6 tahun gak ke arah Jogja, Magelang , Temanggung dll. Pokoknya ke arah Selatan nya Semarang lah
ReplyDeleteAku sampai lupa kalo Temanggung tuh penghasil tembakau. Abis baca ini baru inget lagi
*tanda alarm minta piknik kesana*
Baru sekali ke Posong,emnk gak rugi bngat dan pemandangannya sungguh luar biasa
ReplyDelete