Trend itu sebenarnya cuma berputar. Maksudnya, apa yang pernah dalam suatu periode dia dianggap menarik, banyak digemari...lama-lama akan ditinggalkan, namun setelahnya akan muncul kembali, dengan sedikit inovasi agar lebih menarik tentunya.
Termasuk di dunia per kulineran. Di era 80an jajanan populer ya masih sebatas aneka jajan pasar. 90an sampai saat ini, baru..aneka jajanan pabrikan buanyak banget, tinggal milih. Tapi sesuatu yang massif, adakalanya bikin bosan, hingga kemudian banyak yang kangen dengan aneka jajan pasar tempo dulu.
Pasarpun menjawab, bermunculan lah aneka jajan pasar jadul yang sudah dimodifikasi sedemikan rupa, dengan kemasan yang lebih menarik. Kalau dulunya jajan pasar hanya ada di pasar tradisonal, kini di bakery-bakery ternamapun, jajan pasar tersedia. Meski segmen dan harganya juga beda.
Fenomena yang tidak saja terjadi dalam dunia per-snack-an, tetapi juga dalam hal menu-menu makan berat. Menu-menu yang dulunya merupakan menu makan sehari-hari, kemudian tergeser, nyaris hilang kini kembali banyak dikangeni. Snack-makan-minum, semuanya!
Di Jogja sendiri, saya tahu --dan beberapa pernah mencoba, banyak warung makan/resto baru yang temanya back to Jaman dulu. Kekunoan..tapi tetap kekinian. Nggak cuma tampilan eksterior warung atau resto, termasuk juga masakannya.Jadi mereka menyediakan menu-menu yang sudah hampir "punah" di dapurnya masyarakat modern.
Memang ada yang menarik dengan warung/resto yang mengusung theme Jaman dulu?
Yang pasti untuk bernostalgia, untuk generasi yang lebih tua. Yang kedua, sebagai informasi, untuk generasi masa kini. Biar mereka kenalnya nggak cuma makanan-makanan impor, menu-menu kekinian, tapi juga menu-menu lokal tempo dulu, yang dari rasanya..bisa jadi lebih yummy.
Diantara sekian banyak tempat makan di Jogja yang menawarkan konsep kekunoan, tapi tetap kekinian (buktinya, disediaan ajang berfoto dan juga wi-fi) 5 diantaranya adalah:
Warung Kopi Klotok
Kita di Jogja utara dulu, di kawasan wisata Merapi. Secara lokasi, Warung Kopi Klotok berada tak jauh dari kawasan wisata Kaliurang, tepatnya di Jl Kaliurang Km 16, Kledokan, Pakem, Sleman.
Secara posisinya saja, tempat makan ini sudah strategis, karena berada di kawasan Pakem yang banyak memiliki hamparan lahan pertanian dan berudara sejuk. Jadi, pas banget buat nyantai-nyantai ngopi, ngemil, atau makan sekalian, sambil menyegarkan paru-paru dengan udara pegununungan.
Kenapa kopi Klotok? Klotok berasal dari kata nglotok, yang artinya mengelupas. Jadi kopi klotok adalah minuman khas warung ini yang saat pembuatannya mengalami proses yang unik.
Kalau kita biasanya menyeduh bubuk kopi yang telah bercampur gula dengan air panas, tidak dengan Warung Kopi Klotok. Di sini, kopi bubuk dimasak dahulu dalam panci panas tanpa air. Setelah beraroma sedikit gosong, baru disiram air, dan kemudian dimasak hingga mendidih.
Proses mengelupasnya kopi karena disiram air itulah yang kemudian melahirkan nama bagi minuman khas, sekaligus nama warung KOPI KLOTOK. Hanya kopi yang bisa dinikmati? Tentu saja tidak. Selain kopi, ada juga jenis minuman lain, seperti wedang jahe dan juga teh tubruk.
Untuk menu makanan, warung kopi klothok mengambil konsep menu-menu masyarakat desa yang sederhana. Ada nasi megono, aneka sayur lodeh seperti lodeh kluweh, lodeh lombok ijo, lodeh terong dan juga beberapa sayur tumisan, dengan lauk yang ndeso pula..seperti bacem tahu, dan juga telur dadar. Di area per cemilan..di Watung Kopi Klotok ini, pengunjung bisa kangen-kangenan dengan jadah goreng/bakar, dan juga pisang goreng.
Soal harga, nggak perlu khawatir. Karena untuk ukuran Jogja, bandrol yang dikenakan untuk tiap-tiap makanan, minuman dan juga cemilan, njogja pula, alias terjangkau. Oh, iya Warung Kopi Klotok mulai buka pada pukul 07.00 pagi, dan tutup pukul 10 malam.
Cengkir Herritage Resto
Masih di Jogja utara, di Kawasan Jl. Damai kecamatan Ngaglik Sleman, ada juga Cengkir. Cengkir..bukan cangkir lho ya. Dalam bahasa Jawa, cengkir itu artinya cikal bakal buah kelapa.
Konsep utama Resto ini, juga menjadikan nuansa jadul sebagai kekuatan utama. Jadi saat ke resto ini, pengunjung serasa sedang liburan di rumah kakek-nenek di desa, trus di suruh makan dengan menu-menu ala wong ndeso.
Agar nuansa kunonya terasa, cara pemasakan nasi di resto ini pun juga unik, yakni memakai kayu bakar, menggunakan dandang plus kukusan bambu. Jadi jangan nyari magic com di sini saat mau ambil nasi.
Di jajaran sayur, ada sayur yang merupakan andalan resto ini; sayur jantung pisang dan juga sayur lompong. Lauk pauk yang bisa dipilih, cukup bervariasi mulai tempe garit, tahu bacem, telur dadar, ayam, mangut lele, ayam goreng, dan juga empal daging. Di deretan snack, ada tempe mendoan, jadah goreng, termasuk juga pisang goreng.
Warung Konco Ndeso
Lagi-lagi resto ini ada di Sleman. Warung Konco nDeso berlokasi di Jalan Magelang km 6,8 persis di sebelah utaranya terminal Jombor. Meski terbilang warung gress dan baru sekitar satu bulan di soft launching, tapi melihat antusianisme masyarakat untuk mencicipi menu makan dan minum di sini, saya prediksikan tempat makan ini akan rame ke depannya.
Baca juga : Njajan Makan Siang di Warung Konco nDeso
Sesuai dengan namanya, menu yang disuguhkan Warung Konco nDeso adalah menu-menu rumahan ala Jogja, seperti sayur bening, sayur asem dan juga sayur lodeh.
Kopi Panggang Dhaharan Ndeso
Awalnya saya mengira yang khas dari tempat ini adalah kopinya yang dibuat dengan cara dipanggang. Dan ternyata, dugaan saya salah. Nama Panggang diambil karena warung ini terletak di daerah kecamatan Panggang, Gunung Kidul.
Berada di jalur wisata ke beberapa pantai di Gunung Kidul, menjadikan Kopi Panggang Dhaharan Ndeso ramai diminati pengunjung. Selain menu-menunya yang mampu membawa konsumen untuk bernostalgia, suasana Kopi Panggang yang alami juga menjadi daya tarik tersendiri.
Warung Kepik Sawah
Warung yang ini berada di Jogja sisi barat, teparnya daerah Jl Godean Km 9, Sidoagung, Godean, Sleman. Sesuai namanya, Kepik, hewan yang sering ditemui di areal persawahaan --maka warung inipun juga berada di tengah areal persawahan yang tenang.
Dari bentuk tampilan luar yang berupa bangunan rumah tradisional, apalagi trus masuk ke dalamnya, kelihatan banget kalo warung makan ini menganut gaya klasik. Di dalaem ruangan, kamu bisa menemukan kembali poster jaman dulu, komik-komik lawas yang dipigura, kamera-kamera tempo dulu, dan beberapa barang lain, yang akan membawa ingatan kamu ke masa lalu. Senyum-senyum mengenang masa kecil.
Untuk menu makan, di warung Kepik Sawah ini menurut saya lumayan modern, misalnya di sini kita bisa pesen lele krispi+jamur krispi. Tapi untuk minum, kamu bisa menemukan nuansa jadul, dengan bisa merasakan kembali minuman Sarsaparila.
Sebenarnya di Jogja masih banyak lagi warung-warung atau tempat makan yang konsepnya jadul, trus bisa mbawa ingatan kamu melesat ke masa lalu. Semacam nostalgia gitu. Cuma kalo saya list semua, capek yang nulis dan yang mbaca kan ya.. Oke deh, itu dulu aja. Semoga aja berguna untuk bekal wisata kuliner kamu saat berada di Jogja
jogja memang kreatif baik seni maupun kulinernya sama dg bandung
ReplyDeleteIya..demi penikmat wisata kuliner yang makin hari makin banyak mba
DeletenJowo banget iki, Mbak Sulis. Lodeh kluwih... Udah lama gak makan itu. Dulu sering soalnya punya pohonnya di Semarang
ReplyDeletePas baca nama Kepik, aku mesam mesem. Inget masa kecil suka ambil kepik di deket rumah Eyang. Paling seneng kalo dapet kepik mas. Cantik , aku suka. Cuman sekarang gak pernah liat lagi. Kalo ada, anakku yang kecil pasti kegirangan
Wah unik juga ya tekhnik masak kopinya yang sistem siram sampai ngelotok itu. Ternyata pengaruh ke rasanya juga ya. Kalau kopi panggang pernah baca juga tulisan teman. Konsep jadul termasuk makanannya memang seru juga sih untuk kulineran.
ReplyDeleteBack to jadoel. Unik dan klasik. Dan resto-resto semacam ini semakin menjamur ya. Seolah sedang mengajak pengunjung untuk menikmati kenangan masa lalu. Dan aku nggak sempat wiskul selama di Yogya.
ReplyDeleteBaru kopi klotok yang sudah kesana bolak balik. Banyak PR jalan2 nih.
ReplyDeletedulu waktu tinggal di jogja jenis makanannya aja udah beragam, apalagi sekarang ya
ReplyDeleteudah lama gak ke jogja, kalo pas ke jogja pasti wajib wisata kuliner